Buah Pikiranku (105) : Kiat Sukses Menjadi Manusia Dingin

Aku belum juga bisa tidur, selama lebih dari 1 jam aku mengobrol dengan kakakku. Kakakku baru saja menulis puisi indah yang berjudul : Sepuluh Hari Sebelum Hari Besarmu, Sib.

Tulisan yang benar-benar indah, saat aku membacanya aku benar-benar terharu (jujur saja sebenarnya aku menangis). Bahkan siapa saja yang membacanya akan menangis, aku yakiiin, benar-benar yakin, hihihihi.

Namun, di depan kakakku, aku tidak mengakuinya. Aku hanya mengatakan bahwa, tulisannya benar-benar bagus, dan dia memang berbakat. Kata-kata yang berisi logika dan bukan perasaan.

Jika perasaan maka akan aku tulis, “Aku menangis sib membacanya, benar-benar mengharukan, air mataku berderai-derai laksana air terjun niagara, dsb dsb”

Tapi tidak, jika aku melakukan itu maka kami akan saling bertangis-tangisan berpelukan dan suasana akan seperti di dalam sinetron di televisi. Kami tidak terbiasa melakukan itu. Kami terbiasa saling menghina jika bicara satu dengan yang lain. Pembicaraan kami selalu diisi dengan kata-kata tidak penting dan cenderung ‘aneh’. Cara setiap orang menyatakan rasa sayangnya memang berbeda-beda.

Kemudian aku berpikir, mampukah aku tidak memiliki perasaan seperti pengakuanku pada kakakku?
Entahlah….

Saat ada yang marah denganku aku tidak ambil pusing?
Saat ada yang memujiku aku tidak ambil pusing?
Saat ada yang menceritakan kejelekan orang lain aku tidak ambil pusing?
Saat ada orang yang menghina aku, aku tidak ambil pusing?

Hmmmm.. sepertinya bisa saja.

Jika aku ingin selalu menangis saat beberapa kata-kata menyakitkan masuk di telingaku, maka aku akan menganggap diriku sebagai korban dari semua kebiadaban dunia ini.

Jika aku ingin tidak peduli saat beberapa kata-kata menyakitkan masuk di telingaku, maka aku akan menutup perasaanku, dan hanya melewatkan kata-kata itu di telinga saja.

Jika aku ingin selalu tertawa saat beberapa kata-kata menyakitkan masuk di telingaku, maka aku akan menganggap setiap omongan orang adalah ‘lelucon’. Itulah sebabnya aku senang berbicara dengan orang yang ‘gokil’ yang selalu menganggap segala sesuatu adalah ‘lelucon’

Paragraf terakhir adalah yang biasa aku lakukan. Namun perasaan tetap perasaan. Bagaimanapun, manusia diciptakan untuk memiliki perasaan.

Perasaan positif akan menghasilkan pikiran yang positif. Pikiran yang positif akan menghasilkan perasaan yang positif.

Sebenarnya yang paling benar cara mengendalikan perasaan dan pikiran bukanlah dengan men’sugesti’ diri.

Yang paling benar adalah seperti yang Yesus lakukan. Memang tampak bodoh namun berhasil. Yesus tidak menganggap milikNya sebagai sesuatu yang harus dipertahankan.

Mari kita pelajari, pemirsah…

Efesus 2:5-8

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,

Walaupun dalam RUPA ALLAH tidak menganggap kesetaraannya dengan Allah adalah sebagai milik yang harus dipertahankan,

Melainkan telah meNGOSONGkan DIRINya sendiri, mengambil rupa seorang HAMBA dan menjadi sama dengan seorang manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, ia telah meRENDAHkan DIRINya dan TAAT sampai mati, bahkan sampai mati di KAYU SALIB

About yangmeixia

I am just a simple girl who try to write what's inside my head...
This entry was posted in Buah Pikiranku. Bookmark the permalink.

Leave a comment