“Ko, beli nasi gorengnya satu ya”
Dan akupun membawa satu plastik nasi goreng yang sudah dibungkus oleh bungkusan plastik dengan sendok plastik di dalamnya.
Perutku menari-nari kegirangan, karena sebentar lagi akan diisi oleh makanan.
Sambil makan nasi goreng, aku melihat beberapa profil teman-temanku yang berada di Jakarta.
Ada yang mengeluh kebanjiran, ada yang mengeluh terkena macet karena banjir, ada yang mengeluhkan hujan yang tidak ada ujung pangkalnya, ada yang berdoa agar tidak hanyut.
Di Bandung, dengan nyaman aku makan nasi goreng plastik (karena kini rasanya benar-benar seperti memakan plastik) sedang orang lain di sana mungkin sedang menceburkan kakinya di antara sampah-sampah plastik yang ada.
Banjir memang disebabkan karena hujan.
Namun seharusnya hujan tidak selalu menyebabkan banjir.
Salah satu penyebab banjir adalah karena aku yang terlalu banyak mengkonsumsi “plastik”.
Sepertinya mulai hari ini aku harus berpikir ulang jika ingin membeli sesuatu.
Setidaknya sampah plastik tidak bertambah karena ulahku.
Diary of a Girl, a Daughter, a Sister, a Teacher, and a Wife.... 